Translate

Sabtu, 28 Februari 2015

Cerita Fabel: Kelinci Sang Penakluk

Kelinci Sang Penakluk

Di sebuah hutan hiduplah seekor singa yang ganas. Suatu hari sang singa ganas itu membuat peraturan bahwa dia tidak akan berburu binatang hutan. Sebagai gantinya harus ada binatang di sekelilingnya yang suka rela menjadi mangsanya.
Pada hari pertama setelah peraturan itu diberlakukan datanglah seekor kelinci. Sambil terengah-engah kelinci itu minta maaf kepada sang singa yang ganas itu.
“Maaf sang raja, saya datang terlambat. Ada singa lain yang tadi memburu saya,” kata si kelinci.
Kemudian, singa yang ganas itu mengangguk-anggukkan kepala dan langsung menyahut, “Mana singa yang mengejarmu? Akan kuhabisi dia sekarang juga.”
“Ya sang raja, dia ada di dalam sumur itu.”
Akhirnya, binatang-binatang itu menjadi lega. Berkat kecerdikan kelinci Sang singa yang ganas itu masuk ke dalam sumur dan tidak ada lagi pemangsa di hutan itu.
***

Kamis, 26 Februari 2015

Cerita Fabel: Jiji Jerapah dan Kus Tikus

Jiji Jerapah dan Kus Tikus

Dikisahkan hiduplah sekelompok binatang di sebuah kampung. Binatang-binatang itu bekerja sesuai dengan keahliannya masing-masing. Di kampung itu mereka saling bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pada suatu hari ada seekor jerapah yang tengah mencari pekerjaan. Sang Jerapah itu bernama Jiji. Dia ingin segera mendapat pekerjaan. Pekerjaan apa saja yang penting tidak merugikan orang lain. Masalahnya, Jiji terlalu tinggi untuk melakukan pekerjaan yang ditawarkan padanya.
Jiji terlalu tinggi untuk menjadi kondektur bus. Ketika berdiri di dalam bus, ia harus menekuk leher dan itu membuat lehernya nyeri. Ia juga terlalu tinggi untuk menjadi sopir truk. Lehernya terlalu panjang di ruang kemudi. Saat ia tekuk, hidungnya menyentuh kemudi truk.
“Hm, sepertinya, aku hanya cocok untuk melakukan pekerjaan di luar ruangan. Ya, ya," gumam Jiji pada suatu pagi, sambil matanya menerawang memperhatikan sekitarnya.
Jiji mendatangi sebuah rumah. Ia menemui seekor tikus. Si tikus itu bernama Kus. Si tikus tengah mengecat rumah itu. Kus berdiri di sebuah tangga pendek sambil tangannya memegang kaleng cat. Kus kelihatan berat mengecat di situ.
“Halo, teman!” Sapa Jiji.
“Hai,” sahut Kus Tikus. Lalu, dari mulut keluar keluhan, “oh!”
“Ada apa?” Tanya Jiji.
“Tangga ini terlalu pendek. Aku jadi tidak bisa mencapai langit-langit,” ucap Kus. “Ah andai saja aku punya teman kerja yang tinggi sepertimu! Ia pasti dapat membantuku.”
“Aku bisa membantumu,” Jiji menawarkan diri. “Kau bisa menggunakan aku sebagai tangga.”
“Sungguh?”
“Ya,” jawab Jiji yakin.
“Terima kasih, teman.”
Dengan gembira Kus Tikus naik ke leher sang Jerapah. Kemudian, dia memegang kaleng cat dengan mulutnya. Dia merasa nyaman menempel di leher sang jerapah. Dengan mudah si tikus menjangkau tempat-tempat yang sulit. Si tikus mengecat langit-langit. Pekerjaan mereka sangat rapi. Pak Beruang, sang pemilik rumah, sangat suka. Lalu, ia memberi ongkos lebih untuk Kus Tikus dan Jiji Jerapah.
“Hore!” Seru Jiji senang. “Aku mendapat gaji pertamaku”
“Eh, teman, bagaimana kalau mulai saat ini kita bekerja sama? Daripada aku membeli tangga yang lebih tinggi lebih baik aku menggunakanmu saja sebagai tangga. Bagaimana?” usul Kus.
“Ya,ya, aku mau,” sahut Jiji gembira.
Akhirnya, mulai saat itu Jiji dan Kus bekerja sama sebagai tukang cat di kampung tersebut. Mereka tidak pernah kehabisan pekerjaan. Di kampung-kampung lain pun mereka banyak ditawari pekerjaan. Di mana pun mereka bekerja dengan baik. Pekerjaan mereka selalu rapi dan memuaskan sehingga banyak yang menggunakan jasa mereka. Hati mereka senang dan gembira.
***

Senin, 23 Februari 2015

Wayang

Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan ini juga populer di beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang juga wayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Ketika misionaris Katolik, Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Wayang

Danau

Danau adalah sejumlah air (tawar atau asin) yang terakumulasi di suatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau karena adanya mata air. Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air (tawar atau asin) dan dikelilingi oleh daratan.
Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih luas. Sebuah danau periglasial adalah danau yang di salah satunya terbentuk lapisan es, "ice cup" atau gletser, es ini menutupi aliran air keluar danau.
Istilah danau juga digunakan untuk menggambarkan fenomena seperti Danau Eyre, di mana danau ini kering di banyak waktu dan hanya terisi pada saat musim hujan. Banyak danau adalah buatan dan sengaja dibangun untuk penyediaan tenaga listrik hidro dan sebagai sarana rekreasi.
Finlandian dikenal sebagai "Tanah Seribu Danau" dan Minnesota dikenal sebagai "Tanah Sepuluh Ribu Danau". Great Lakes di Amerika Utara juga memiliki asal dari zaman es. Sekitar 60% danau dunia terletak di Kanada; ini dikarenakan sistem pengaliran kacau yang mendominasi negara ini.
Di bulan ada wilayah gelap berbasal, mirip mare bulan tetapi lebih kecil, yang disebut lacus (dari bahasa latin yang berarti danau). Mereka diperkirakan oleh para astronom sebagai danau.
Berdasarkan proses terjadinya, danau dibedakan menjadi:
  • Danau tektonik yaitu danau yang terbentuk akibat penurunan muka bumi karena pergeseran/patahan
  • Danau vulkanik yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanisme/gunung berapi
  • Danau tektonik vulkanik yaitu danau yang terbentuk akibat pencampuran aktivitas tektonisme dan vulkanisme
  • Danau bendungan alami yaitu danau yang terbentuk akibat lembah sungai terbendung oleh aliran lava saat erupsi terjadi
  • Danau karst yaitu danau yang terbentuk akibat pelarutan tanah kapur
  • Danau glasial yaitu danau yang terbentuk akibat mencairnya es atau keringnya daerah es yang kemudian terisi air.
  • Danau buatan yaitu danau yang terbentuk akibat aktivitas manusia. 

Jumat, 20 Februari 2015

Cerita Fabel: Kupu-Kupu Berhati Mulia

Kupu-Kupu Berhati Mulia
 
Dikisahkan pada suatu hari yang cerah ada seekor semut berjalan-jalan di taman. Ia sangat bahagia karena bisa berjalan-jalan melihat taman yang indah. Sang semut berkeliling taman sambil menyapa binatang-binatang yang berada di taman itu.
Ia melihat sebuah kepompong di atas pohon. Sang semut mengejek bentuk kepompong yang jelek dan tidak bisa pergi ke mana-mana.
“Hei, kepompong alangkah jelek nasibmu. Kamu hanya bisa menggantung di ranting itu. Ayo jalan-jalan, lihat dunia yang luas ini. Bagaimana nasibmu jika ranting itu patah?”
Sang semut selalu membanggakan dirinya yang bisa pergi ke tempat ia suka. Bahkan, sang semut kuat mengangkat beban yang lebih besar dari tubuhnya. Sang semut merasa bahwa dirinya adalah binatang yang paling hebat. Si kepompong hanya diam saja mendengar ejekan tersebut.
Pada suatu pagi sang semut kembali berjalan ke taman itu. Karena hujan, genangan lumpur terdapat di mana-mana. Lumpur yang licin membuat semut tergelincir dan jatuh ke dalam lumpur. Sang semut hampir tenggelam dalam genangan lumpur itu. Semut berteriak sekencang mungkin untuk meminta bantuan.
“Tolong, bantu aku! Aku mau tenggelam, tolong..., tolong...!”
Untunglah saat itu ada seekor kupu-kupu yang terbang melintas. Kemudian, kupu-kupu menjulurkan sebuah ranting ke arah semut.
“Semut, peganglah erat-erat ranting itu! Nanti aku akan mengangkat ranting itu.” Lalu, sang semut memegang erat ranting itu. Si kupu-kupu mengangkat ranting itu dan menurunkannya di tempat yang aman.
Kemudian, sang semut berterima kasih kepada kupu-kupu karena kupu-kupu telah menyelamatkan nyawanya. Ia memuji kupu-kupu sebagai binatang yang hebat dan terpuji.
Mendengar pujian itu, kupu-kupu berkata kepada semut.
“Aku adalah kepompong yang pernah kau ejek,” kata si kupu-kupu.
Ternyata, kepompong yang dulu diejek sudah menyelamatkan dirinya.
Akhirnya, sang semut berjanji kepada kupu-kupu bahwa dia tidak akan menghina semua makhluk ciptaan Tuhan yang ada di taman itu.
***

Cerita Fabel


Pengertian Cerita Fabel
Secara etimologis, fabel berasal dari bahasa latin fabulat. Cerita fabel merupakan cerita tentang kehidupan binatang yang berperilaku menyerupai manusia. Fabel termasuk jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Cerita fabel sering juga disebut cerita moral karena pesan yang ada di dalam cerita fabel berkaitan erat dengan moral.

Minggu, 15 Februari 2015

Cerita Fabel: Katak, Kerbau dan Gunung Meletus


Katak, Kerbau dan Gunung Meletus

Kadok, Kadek, dan Kadik adalah tiga ekor katak kecil yang lucu-lucu. Suatu ketika di musim kemarau, mereka bermain di tepi sebuah kolam yang jernih airnya. Mereka bermain riang gembira. Karena udara panas, sesekali mereka menceburkan diri ke kolam, kemudian melompat kembali ke tepi kolam.
Tiba-tiba dari kejauhan, datang seekor kerbau yang kegerahan. Kerbau itu baru saja selesai merumput di padang rumput yang tak jauh dari kolam. Segera kerbau itu menceburkan diri ke kolam.
Ketiga katak kecil terkejut. Untung mereka sudah di tepi kolam. Kerbau itu membenamkan diri di kolam, lalu menggerak-gerakkan tubuhnya yang gempal sehingga air kolam menjadi keruh.
Alangkah kecewanya ketiga katak kecil. Kadok, kakak tertua, berteriak-teriak ke arah Kerbau.
“Hai Kerbau, lihat perbuatanmu! Kolam ini kini keruh karena ulahmu. Kami tak bisa bermain-main lagi di kolam ini!”
Kerbau menoleh ke arah ketiga katak kecil.
“Hai katak-katak kecil, kalian tak bisa melarangku! Aku ini sedang kepanasan, tahu! Aku mandi di sini agar tubuhku dingin kembali!” jawab si Kerbau dengan wajah mengejek.
“Hai, Kerbau!” kata Kadok lagi. “Kau boleh mandi di sini, tetapi jangan seenaknya menggoyang-goyangkan tubuh.”
Kerbau tak menghiraukan seruan katak kecil. Ia terus membenamkan diri dan menggerak-gerakkan tubuh sepuasnya. Ketiga katak kecil dengan bersungut-sungut kembali ke rumah mereka. Mereka melapor pada induk katak.
Induk katak hanya tersenyum. “Anak-anakku, kita memang tak berdaya menghadapi Kerbau yang begitu besar. Bersabarlah. Lama-kelamaan, Kerbau akan meninggalkan kolam itu.”
Akan tetapi, setiap hari, Kerbau berendam di kolam itu. Ketiga katak kecil hanya bisa berdiam di tepi kolam sambil memandangi Kerbau. Mereka mencoba membujuk Kerbau agar tidak setiap hari mandi di kolam itu. Namun, Kerbau tetap kepala batu.
Suatu hari, seekor elang terbang merendah ke arah rumah katak. Elang itu memberitakan bahwa sebentar lagi gunung akan meletus. “Semua hewan harus mengungsi ke timur. Lava gunung akan megalir ke barat.”
Hewan-hewan di hutan segera bersiap mengungsi. Induk katak menyuruh ketiga anaknya memberitahukan berita itu kepada Kerbau.
“Hai, Kerbau, ayo, ikut mengungsi!” ajak Kadok. “Sebentar lagi gunung akan meletus. Semua penghuni tempat ini akan pergi ke timur.”
Kerbau hanya tersenyum mengejek dan berkata,
“Hai, katak kecil, aku tak percaya kata-katamu! Itu pasti hanya akalmu agar aku meninggalkan kolam ini, kan?”
Sampai beberapa kali katak-katak kecil mengingatkan Kerbau. Namun, sia-sia. Keluarga katak akhirnya segera bergabung dengan hewan-hewan lain untuk mengungsi.
Tiba-tiba, terdengar letusan yang sangat dahsyat. Gunung benar-benar meletus. Kerbau amat terkejut. Ia segera melompat dan berlari meninggalkan kolam.
“Hai, Kerbau! Lari ke timur, bukan ke utara!”
Kerbau memalingkan muka ke arah suara itu. Ternyata, keluarga katak sedang berada di atas sebuah gundukan tanah. Kerbau merasa keluarga katak itu sangat baik hati.
“Baiklah, katak,” kata Kerbau. “Naiklah kalian ke atas punggungku.”
Dengan senang hati, keluarga katak segera meloncat ke atas punggung Kerbau. Kerbau segera berlari ke arah timur, sesuai petunjuk keluarga katak. Akhirnya, tibalah mereka di sebuah padang rumput luas. Di tempat itu, sudah banyak hewan lain yang mengungsi.
Beberapa hari kemudian, gunung berhenti meletus. Keadaan aman kembali. Hewan-hewan itu pun kembali ke tempat asal mereka.
Kerbau amat berhutang budi pada keluarga katak karena telah mnyelamatkan jiwanya. Antara kerbau dan keluarga katak pun terjalin persahabatan.
Kini, setiap hari Kerbau tetap berkubang di kolam. Namun, katak-katak kecil dapat bermain sambil berlompatan di punggungnya. Katak-katak kecil senang sekali bersahabat dengan Kerbau. Air kolam tidak terlalu keruh lagi karena Kerbau membenamkan tubuh dengan hati-hati.
***

Cerita Fabel: Tino Mencari Ibu oleh Mohammad Sadam Husaen

Tino Mencari Ibu
Mohammad Sadam Husaen 


Tino si ulat senang sekali berkeliling. Ia berteduh di bawah pohon dekat danau. Ia melihat ibu angsa dan anak-anaknya yang sedang bermain dengan riang gembira. Di atas pohon, tampak juga ibu merpati sedang bernyanyi ceria bersama anak-anaknya. Beberapa ikan juga sedang berenang kesana-kemari mengikuti induknya.
“Kenapa semua punya ibu dan saudara? Kenapa aku cuma sendirian? Dimana Ibu dan saudara-saudaraku? Pasti senang kalau punya Ibu dan saudara-saudara,” pikir Tino dalam hati.
Tino lalu mendekati Bu Kiki Kijang.
“Apakah kau ibuku?” tanya Tino. 
Bu Kiki Kijang menggeleng.
“Tentu saja bukan,” katanya. 
Tino lalu mendekati Bu Cati Kucing.
“Apa kau ibuku?”
Bu Cati Kucing juga menggeleng.
Tino berkeliling dan bertanya pada beberapa induk hewan yang ditemuinya. Namun mereka semua menggeleng. Tino akhirnya lelah dan beristirahat di sehelai daun pohon jambu yang gugur di tanah. Di situlah ia lahir beberapa hari yang lalu.
Tak lama kemudian, datanglah Bu Cici Kelinci mencari jambu-jambu yang berguguran untuk makan siang. Tino pun bertanya.
“Apakah kau ibuku?” 
Bu Cici Kelinci kaget melihat Tino yang tiba-tiba muncul dari balik daun.
“Oh, bukan, aku bukan ibumu. Bentuk kita berbeda, kan?” 
Tino sedih sekali mendengarnya. Bu Cici Kelinci berkata lagi, “Eeh, tapi sepertinya aku pernah melihat binatang sepertimu di dalam lubang di sebelah selatan sana.”
“Benarkah?” wajah Tino berubah cerah.
“Mari kuantar kau kesana. Siapa tahu keluargamu ada disana.”
Tino lalu merayap naik ke punggung Bu Cici Kelinci. Beberapa saat kemudian mereka tiba di lubang itu. Tino mengucapkan terimakasih. Lalu merayap masuk ke dalam lubang yang ditunjuk Bu Cici Kelinci. 
Di dalam lubang itu, ia bertemu dengan sepuluh hewan yang bentuknya sama dengannya. Cuma mereka jauh lebih panjang dan besar.
“Siapa kamu?” tanya seekor hewan yang terpanjang sambil menjulurkan lidahnya. 
“Aku Tino. Apa kau ibuku? tanya Tino.
“Tidak mungkin! Aku cuma menetaskan 9 telur di sarangku ini. Lagipula kami tidak berbulu sepertimu. Kami bersisik. Kami keluarga ular.” 
Tino sedih sekali. Ia merayap keluar dari lubang itu sambil meneteskan air mata. Tino kembali ke tempat Bu Cici Kelinci.
“Tenanglah Tino, mungkin ibumu sedang mencari makanan untukmu. Sabarlah dan tinggalah di rumahku. Aku akan berkeliling dan bertanya pada semua binatang di hutan ini, apakah mereka melihat ibumu,” bujuk Bu Cici. 
Akhirnya Tino tinggal bersama Bu Cici Kelinci. Dengan gembira ia bermain bersama anak-anak Bu Cici. Tetapi suatu hari Tino menghilang. Anak-anak kelinci mencari kesana-kemari, tetapi tak menemukannya. Bu Cici pun ikut sedih. Ia bertanya pada semua binatang yang ditemuinya. Tetapi tidak ada yang tahu dimana Tino berada.
Beberapa hari kemudian, ketika Bu Cici Kelinci sedang mencari jambu untuk makan siang, tiba-tiba ada yang menyapanya.
“Halo Bu Cici!”
Bu Cici kaget. Ia menengok ke kanan kiri, tapi tidak ada seekor hewan pun. Tapi kemudian ia melihat seekor kupu-kupu warna kuning terbang mengelilinginya.
“Siapa kamu? Apa kau tadi yang memanggilku?”
“Ya, aku yang memanggilmu Bu Cici. Ini aku, Tino.” 
“Tino?” Bu Cici bingung. Tino hinggap di telinga Bu Cici dan bercerita.
“Bu, maafkan aku kemarin pergi tanpa pamit. Aku harus berpuasa dan menjadi kepompong. Aku baru tahu kalau aku bisa berubah menjadi kupu-kupu. Aku juga baru tahu kalau ibuku adalah seekor kupu-kupu.”
“Oh, syukurlah Tino, akhirnya kau menemukan ibumu. Tak disangka, kau berubah menjadi kupu-kupu yang tampan.”
“Saya ingin berterima kasih karena Bu Cici sudah merawat saya beberapa hari ini. Sekarang, saya harus bergabung dengan kupu-kupu yang lain. Selamat tinggal.” 
“Ya, Tino, pergilah. Salam buat ibumu. Selamat jalan, ya!"
Akhirnya Tino bergabung dengan gerombolan kupu-kupu. Ia sangat bahagia karena kini bisa berkumpul bersama Ibu dan saudara-saudaranya.
*** 
Sumber: Majalah Bobo

Rabu, 11 Februari 2015

Puisi: Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar

Senja di Pelabuhan Kecil
Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Puisi: Doa karya Chairil Anwar

Doa
Chairil Anwar

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

CahyaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk

Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing


Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling