Translate

Minggu, 15 Februari 2015

Cerita Fabel: Katak, Kerbau dan Gunung Meletus


Katak, Kerbau dan Gunung Meletus

Kadok, Kadek, dan Kadik adalah tiga ekor katak kecil yang lucu-lucu. Suatu ketika di musim kemarau, mereka bermain di tepi sebuah kolam yang jernih airnya. Mereka bermain riang gembira. Karena udara panas, sesekali mereka menceburkan diri ke kolam, kemudian melompat kembali ke tepi kolam.
Tiba-tiba dari kejauhan, datang seekor kerbau yang kegerahan. Kerbau itu baru saja selesai merumput di padang rumput yang tak jauh dari kolam. Segera kerbau itu menceburkan diri ke kolam.
Ketiga katak kecil terkejut. Untung mereka sudah di tepi kolam. Kerbau itu membenamkan diri di kolam, lalu menggerak-gerakkan tubuhnya yang gempal sehingga air kolam menjadi keruh.
Alangkah kecewanya ketiga katak kecil. Kadok, kakak tertua, berteriak-teriak ke arah Kerbau.
“Hai Kerbau, lihat perbuatanmu! Kolam ini kini keruh karena ulahmu. Kami tak bisa bermain-main lagi di kolam ini!”
Kerbau menoleh ke arah ketiga katak kecil.
“Hai katak-katak kecil, kalian tak bisa melarangku! Aku ini sedang kepanasan, tahu! Aku mandi di sini agar tubuhku dingin kembali!” jawab si Kerbau dengan wajah mengejek.
“Hai, Kerbau!” kata Kadok lagi. “Kau boleh mandi di sini, tetapi jangan seenaknya menggoyang-goyangkan tubuh.”
Kerbau tak menghiraukan seruan katak kecil. Ia terus membenamkan diri dan menggerak-gerakkan tubuh sepuasnya. Ketiga katak kecil dengan bersungut-sungut kembali ke rumah mereka. Mereka melapor pada induk katak.
Induk katak hanya tersenyum. “Anak-anakku, kita memang tak berdaya menghadapi Kerbau yang begitu besar. Bersabarlah. Lama-kelamaan, Kerbau akan meninggalkan kolam itu.”
Akan tetapi, setiap hari, Kerbau berendam di kolam itu. Ketiga katak kecil hanya bisa berdiam di tepi kolam sambil memandangi Kerbau. Mereka mencoba membujuk Kerbau agar tidak setiap hari mandi di kolam itu. Namun, Kerbau tetap kepala batu.
Suatu hari, seekor elang terbang merendah ke arah rumah katak. Elang itu memberitakan bahwa sebentar lagi gunung akan meletus. “Semua hewan harus mengungsi ke timur. Lava gunung akan megalir ke barat.”
Hewan-hewan di hutan segera bersiap mengungsi. Induk katak menyuruh ketiga anaknya memberitahukan berita itu kepada Kerbau.
“Hai, Kerbau, ayo, ikut mengungsi!” ajak Kadok. “Sebentar lagi gunung akan meletus. Semua penghuni tempat ini akan pergi ke timur.”
Kerbau hanya tersenyum mengejek dan berkata,
“Hai, katak kecil, aku tak percaya kata-katamu! Itu pasti hanya akalmu agar aku meninggalkan kolam ini, kan?”
Sampai beberapa kali katak-katak kecil mengingatkan Kerbau. Namun, sia-sia. Keluarga katak akhirnya segera bergabung dengan hewan-hewan lain untuk mengungsi.
Tiba-tiba, terdengar letusan yang sangat dahsyat. Gunung benar-benar meletus. Kerbau amat terkejut. Ia segera melompat dan berlari meninggalkan kolam.
“Hai, Kerbau! Lari ke timur, bukan ke utara!”
Kerbau memalingkan muka ke arah suara itu. Ternyata, keluarga katak sedang berada di atas sebuah gundukan tanah. Kerbau merasa keluarga katak itu sangat baik hati.
“Baiklah, katak,” kata Kerbau. “Naiklah kalian ke atas punggungku.”
Dengan senang hati, keluarga katak segera meloncat ke atas punggung Kerbau. Kerbau segera berlari ke arah timur, sesuai petunjuk keluarga katak. Akhirnya, tibalah mereka di sebuah padang rumput luas. Di tempat itu, sudah banyak hewan lain yang mengungsi.
Beberapa hari kemudian, gunung berhenti meletus. Keadaan aman kembali. Hewan-hewan itu pun kembali ke tempat asal mereka.
Kerbau amat berhutang budi pada keluarga katak karena telah mnyelamatkan jiwanya. Antara kerbau dan keluarga katak pun terjalin persahabatan.
Kini, setiap hari Kerbau tetap berkubang di kolam. Namun, katak-katak kecil dapat bermain sambil berlompatan di punggungnya. Katak-katak kecil senang sekali bersahabat dengan Kerbau. Air kolam tidak terlalu keruh lagi karena Kerbau membenamkan tubuh dengan hati-hati.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar