Katak, Kerbau dan Gunung Meletus
Kadok, Kadek, dan Kadik
adalah tiga ekor katak kecil yang lucu-lucu. Suatu ketika di musim kemarau,
mereka bermain di tepi sebuah kolam yang jernih airnya. Mereka bermain riang
gembira. Karena udara panas, sesekali mereka menceburkan diri ke kolam,
kemudian melompat kembali ke tepi kolam.
Tiba-tiba dari
kejauhan, datang seekor kerbau yang kegerahan. Kerbau itu baru saja selesai
merumput di padang rumput yang tak jauh dari kolam. Segera kerbau itu
menceburkan diri ke kolam.
Ketiga katak kecil
terkejut. Untung mereka sudah di tepi kolam. Kerbau itu membenamkan diri di
kolam, lalu menggerak-gerakkan tubuhnya yang gempal sehingga air kolam menjadi
keruh.
Alangkah kecewanya
ketiga katak kecil. Kadok, kakak tertua, berteriak-teriak ke arah Kerbau.
“Hai Kerbau, lihat
perbuatanmu! Kolam ini kini keruh karena ulahmu. Kami tak bisa bermain-main
lagi di kolam ini!”
Kerbau menoleh ke arah
ketiga katak kecil.
“Hai katak-katak kecil,
kalian tak bisa melarangku! Aku ini sedang kepanasan, tahu! Aku mandi di sini
agar tubuhku dingin kembali!” jawab si Kerbau dengan wajah mengejek.
“Hai, Kerbau!” kata
Kadok lagi. “Kau boleh mandi di sini, tetapi jangan seenaknya
menggoyang-goyangkan tubuh.”
Kerbau tak menghiraukan
seruan katak kecil. Ia terus membenamkan diri dan menggerak-gerakkan tubuh
sepuasnya. Ketiga katak kecil dengan bersungut-sungut kembali ke rumah mereka.
Mereka melapor pada induk katak.
Induk katak hanya
tersenyum. “Anak-anakku, kita memang tak berdaya menghadapi Kerbau yang begitu
besar. Bersabarlah. Lama-kelamaan, Kerbau akan meninggalkan kolam itu.”
Akan tetapi, setiap
hari, Kerbau berendam di kolam itu. Ketiga katak kecil hanya bisa berdiam di
tepi kolam sambil memandangi Kerbau. Mereka mencoba membujuk Kerbau agar tidak
setiap hari mandi di kolam itu. Namun, Kerbau tetap kepala batu.
Suatu hari, seekor
elang terbang merendah ke arah rumah katak. Elang itu memberitakan bahwa
sebentar lagi gunung akan meletus. “Semua hewan harus mengungsi ke timur. Lava
gunung akan megalir ke barat.”
Hewan-hewan di hutan
segera bersiap mengungsi. Induk katak menyuruh ketiga anaknya memberitahukan
berita itu kepada Kerbau.
“Hai, Kerbau, ayo, ikut
mengungsi!” ajak Kadok. “Sebentar lagi gunung akan meletus. Semua penghuni
tempat ini akan pergi ke timur.”
Kerbau hanya tersenyum
mengejek dan berkata,
“Hai, katak kecil, aku
tak percaya kata-katamu! Itu pasti hanya akalmu agar aku meninggalkan kolam
ini, kan?”
Sampai beberapa kali
katak-katak kecil mengingatkan Kerbau. Namun, sia-sia. Keluarga katak akhirnya
segera bergabung dengan hewan-hewan lain untuk mengungsi.
Tiba-tiba, terdengar
letusan yang sangat dahsyat. Gunung benar-benar meletus. Kerbau amat terkejut.
Ia segera melompat dan berlari meninggalkan kolam.
“Hai, Kerbau! Lari ke
timur, bukan ke utara!”
Kerbau memalingkan muka
ke arah suara itu. Ternyata, keluarga katak sedang berada di atas sebuah
gundukan tanah. Kerbau merasa keluarga katak itu sangat baik hati.
“Baiklah, katak,” kata
Kerbau. “Naiklah kalian ke atas punggungku.”
Dengan senang hati,
keluarga katak segera meloncat ke atas punggung Kerbau. Kerbau segera berlari
ke arah timur, sesuai petunjuk keluarga katak. Akhirnya, tibalah mereka di
sebuah padang rumput luas. Di tempat itu, sudah banyak hewan lain yang mengungsi.
Beberapa hari kemudian,
gunung berhenti meletus. Keadaan aman kembali. Hewan-hewan itu pun kembali ke
tempat asal mereka.
Kerbau amat berhutang
budi pada keluarga katak karena telah mnyelamatkan jiwanya. Antara kerbau dan
keluarga katak pun terjalin persahabatan.
Kini, setiap hari
Kerbau tetap berkubang di kolam. Namun, katak-katak kecil dapat bermain sambil
berlompatan di punggungnya. Katak-katak kecil senang sekali bersahabat dengan
Kerbau. Air kolam tidak terlalu keruh lagi karena Kerbau membenamkan tubuh
dengan hati-hati.
***